Search This Blog

Outlook 2018: Berharap Banyak pada Industri Manufaktur

STRATEGIS: Suasana di kawasan industri MM2100, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, akhir pekan lalu (IMAM HUSEIN/JAWA POS)

JawaPos.com - Sejumlah manufaktur unggulan akan menjadi penyumbang pertumbuhan industri tahun depan. Di antaranya, elektronik, makanan dan minuman (mamin), logam, dan otomotif. Pemerintah menargetkan, pertumbuhan industri pada 2018 mencapai 5,67 persen.

Industri-industri unggulan tersebut menjadi andalan karena menunjukkan tren pertumbuhan yang positif dalam beberapa tahun terakhir.

Sampai kuartal III 2017, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas Indonesia mencapai 5,49 persen atau lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,06 persen.

Cabang industri yang menopang kinerja manufaktur tersebut, antara lain, industri logam dasar yang tumbuh 10,6 persen. Lalu, diikuti industri makanan dan minuman (9,49 persen); industri mesin dan perlengkapan (6,35 persen); serta industri alat transportasi yang terakselerasi (5,63 persen).

”Industri masih menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional. Pada kuartal III tahun ini, menyumbang 17,76 persen atau tertinggi jika dibandingkan dengan sektor lain,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Selain itu, lanjut Airlangga, Kemenperin akan mendorong industri yang memiliki daya saing di pasar global seperti industri otomotif. Dalam hal ini, Indonesia menggandeng industri di negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan.

”Di samping itu, yang mempunyai daya saing besar di pasar global itu industri otomotif, elektronik, dan makanan-minuman. Ini akan menjadi tiga penggerak utama untuk pasar regional bekerja sama dengan Jepang, Korea, juga untuk mengisi global value chain di ASEAN,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Shinta Kamdani memprediksi bahwa selain industri-industri unggulan, sektor pariwisata akan menjadi primadona baru tahun depan.

”Tahun 2016 saja devisa dari pariwisata sudah naik ke posisi kedua di bawah batu bara dengan nilai sekitar 13 miliar dolar dari sebelumnya keempat pada 2015. Tahun ini dan 2018 saya lihat trennya akan sama,” ujarnya.

Shinta melanjutkan, industri makanan dan minuman berbasis leisure juga akan tumbuh karena pola konsumsi masyarakat sudah mulai bergeser dari goods-based menjadi activity-based. ”Tahun depan juga merupakan tahun politik. Dengan kebutuhan kampanye yang besar, saya yakin akan meningkatkan uang beredar di masyarakat sehingga mendorong konsumsi,” bebernya.

Sementara itu, untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja di dalam negeri, menteri perindustrian akan mendorong pertumbuhan industri yang berbasis padat karya. Industri tersebut, antara lain, tekstil, alas kaki, farmasi, dan herbal.

”Kami juga mengembangkan industri farmasi, obat herbal, dan kosmetik. Jadi itu industri-industri yang didorong dan Indonesia sudah mempunyai pasar yang cukup kuat di ASEAN,” tambah Airlangga.

Industri menjadi salah satu sektor strategis karena berperan penting dalam pembangunan nasional dan turut memacu pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya sebagai penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB), manufaktur juga mampu memberikan kontribusi tertinggi melalui setoran pajak.

”Aktivitas industri konsisten membawa multiplier effect yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia. Karena itu, kami terus fokus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi para investor di dalam negeri,” beber Airlangga.

Berdasar laporan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi penerimaan pajak dari sektor industri hingga kuartal III 2017 mencapai Rp 224,95 triliun atau tumbuh 16,63 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Capaian tersebut lebih besar daripada sumbangan sektor perdagangan Rp 134,74 triliun, keuangan Rp 104,92 triliun, konstruksi Rp 35,40 triliun, informasi komunikasi Rp 32,19 triliun, pertambangan Rp 31,66 triliun, dan sektor lainnya Rp 156,19 triliun.

Para pelaku usaha pun diharapkan bisa memanfaatkan berbagai paket kebijakan ekonomi yang telah diterbitkan pemerintah dan bertujuan untuk kemudahan dalam menjalankan bisnis di tanah air.

”Pembangunan sektor industri bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh satu atau dua lembaga, tetapi membutuhkan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan mulai hulu sampai hilir. Dari pembuat kebijakan hingga para pelaku industri itu sendiri,” tuturnya. (*)

(agf/c7/sof)

Rekomendasi Untuk Anda

Sponsored Content

loading...

Let's block ads! (Why?)

Baca Selanjut nya https://www.jawapos.com/read/2017/12/28/177979/outlook-2018-berharap-banyak-pada-industri-manufaktur

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Outlook 2018: Berharap Banyak pada Industri Manufaktur"

Post a Comment

Powered by Blogger.